Boleh Bucin, Tetapi Jangan Bodoh.
Menetap dengan ketulusan hati tersirat makna yang enggan ingin terucap. Kau pasti mengira aku sangat sebucin itu sampai-sampai kau tak pernah melihat ketulusanku. Apakah sekarang karena kata "bucin" sudah tidak ada lagi kata "tulus" yang dapat mewakili perasaanku padamu. Aku bahkan bertanya dengan semesta mengapa tulang rusuk sangat berdekatan dengan tulang belikat. Semua itu ada maksudnya, kata sang pujangga bilang. "Ah aku baik-baik saja tanpa tulang rusuk. Toh juga aku masih punya satu di dalam diriku." Mengapa hai anak muda kau berkata seperti itu? Apakah kau sudah tidak percaya lagi dengan adanya cinta di dalam bumi ini? Apa karena kau terlalu mencintai gadis atau lelaki itu dengan sangat kau menjadi lemah dan menyebut dirimu budak cinta? Bagaimana jika kau ingin pulang tetapi kau tidak punya rumah untukmu berpulang? Pernahkah kau membaca bahwa, "Bolehkah puan mengikat tulang belikatmu denganku? Agar puan bisa merendah untuk mer...