payung dan tanah.

Februari 20/02/2020 10:11 Menetaplah dengan segala hujan yang sedang merayakan kata tanya mengapa. Kau kebingunan bukan, dengan apa maksud dari kalimat sebelumnya? Berdiri sama tinggi layaknya cinta dengan kehangatan. Sudah berapa lama puan merindukan? Ketika kesendirian dalam tidurmu memeluk erat dalam kehangatan dengan rindu yang tiba-tiba bisa sampai di bibir mata. Kau seketika datang dengan payung hitam dan sandal berwarna hitam pula. Apakah kau sedang berduka? Tapi tunggu dulu. Raut mukamu mengapa sangat muram? Apakah kau terlalu kesesakkan memendam sepucuk rindu itu? Katakan, marilah mampir untuk berteduh dahulu denganku. Hembusan angin pun melambai, mengiringi sang waktu yang terus berlari. Tak terasa tanah yang kita injakpun semakin terasa semakin dingin, kau pun juga semakin bersua denganku mengelantur kesana kemari menceritakan segala ketimpangan dunia yang semesta berikan. Lucu ketika ketika kita masih menikmati hangatnya riuh percakapan, ternyata aku hanya menikma...