belum sempat.
ketika si bungsu kehilangan induknya
kepada siapakah ia akan menyusu?
ketika kenyataan memang menarik
lalu menghempaskanmu kedasar lagi
cukupkanlah
lepaskanlah
sudah saatnya kau harus menangis
peduli apa dengan mulut manusia diluar sana
ketika kata terlontar
induk terlanjur pergi meninggalkan si bungsu
tanpa mendengarkan cerita senja dari sang bungsu
belum sempat ia mengutas senyum padanya
tetapi semesta sedang berlaku tak adil dengan bungsu
belum sempat ia menyapa hangat induknya
ia sudah kehilangan lagi
rehatlah
sudah saatnya juga kau harus merehatkan dirimu
realita memang sekejam Jakarta
ketika kata tertahan karna karna keterbatasan
tak apa
mungkin kau belum sempat merasakan bahagia sekarang
kau hanya merasakan belum sempat memiliki
untuk selamanya
belum sempat.
kepada siapakah ia akan menyusu?
ketika kenyataan memang menarik
lalu menghempaskanmu kedasar lagi
cukupkanlah
lepaskanlah
sudah saatnya kau harus menangis
peduli apa dengan mulut manusia diluar sana
ketika kata terlontar
induk terlanjur pergi meninggalkan si bungsu
tanpa mendengarkan cerita senja dari sang bungsu
belum sempat ia mengutas senyum padanya
tetapi semesta sedang berlaku tak adil dengan bungsu
belum sempat ia menyapa hangat induknya
ia sudah kehilangan lagi
rehatlah
sudah saatnya juga kau harus merehatkan dirimu
realita memang sekejam Jakarta
ketika kata tertahan karna karna keterbatasan
tak apa
mungkin kau belum sempat merasakan bahagia sekarang
kau hanya merasakan belum sempat memiliki
untuk selamanya
belum sempat.
inspired by: Kunto Aji-Sulung.
nb: sebaiknya membaca puisi ini dengan mendengarkan lagu dari Bung Kunto Aji.
thx.
Komentar
Posting Komentar