inner child.
Aku
mendapati cerita yang begitu menyentuh hati kecilku hari ini, ia bercerita
sangat jelas sangat rinci bagaimana ia menjelaskan alur ceritanya. Ia nampak
tidak lupa satu alur cerita itu, sampai-sampai aku juga tidak bisa melupakan
cerita itu. cerita itu dimulai ketika ia terlahir di dunia ini. Akan seperti
ini cerita itu:
Usiaku
tahun ini menginjak 20 tahun, dan beberapa bulan lagi aku akan segera
mendapatkan usia legalku untuk dikatakan sebagai orang dewasa. Banyak hal yang
memaksaku untuk menuliskan apa yang terjadi dengan diriku, sehingga waktu yang
tepat membawaku untuk dengan sendirinya menuliskan apa yang telah terjadi di
masa laluku, yaitu saat ini. Pada sore yang gelap, dinginnya malam memeluk
seorang ibu yang tengah kesakitan dan berjuang untuk mengeluarkan anak
perempuan sematawangnya itu. Peralatan medis, bau obat-obatan menguar di
hidungku. Tunggu, mengapa aku bisa melihat itu semua? Dan mengapa aku tidak
terlihat oleh orang-orang yang ada di sini? Apakah aku mengalami time loop? Atau aku sudah berada di
dunia lain? Atau aku sedang bermimpi saja? Aku yang terus menerus
bertanya-tanya mengapa aku bisa melihat mereka, dan yang lebih mengejutkan lagi
adalah yang tengah berjuang antara mati dan hidup itu adalah ibuku sendiri.
Aku
melihat peluh yang ibu muda itu keluarkan untuk melahirkanku ke dunia ini, dan
tanpa sadar anak kecil itu telah lahir dengan tangisan yang mencuar di dinding
kamar bersalin itu. Aku yang juga menyaksikan hiruk pikuk nya kamar bersalin
itu merasa terharu, karena anak itu begitu lucu, polos, dan kecil. Tim medis
pun semakin panic ketika berbagai alat medis yang membantu ibu muda itu
bersalin berbunyi satu nada. Ketika satu nada itu terus menerus berbunyi, lalu
terlihat dari kejauhan seorang laki-laki muda yang berlari menghampiri ibu muda
itu. Aku sejenak berpikir mungkin itu adalah suaminya.
Keadaan
kamar bersalin itu menjadi sangat berduka, karena ibu muda tadi tidak
terselamatkan. Ibu muda tadi telah pergi meninggalkan putri sematawayangnya
karena ia mengalami banyak sekali pendarahan. Ibu yang telah pergi meninggalkan
putrinya yang baru saja lahir dan suami tercintanya, lalu mengahampiri ku untuk
mengucapkan selamat tinggal padaku. Mengapa ibu itu malah mengucapkan selamat
tinggal padaku? Aku pun terdiam karena aku merasa aku tidak mengenal ibu itu,
kemudian cahaya dari langit pun menghantarkan ibu itu terbang tinggi keatas.
Dan aku rasa ibu itu menemukan tempat nyaman untuknya tinggal.
Seketika
juga aku terlempar ke waktu dimana peristiwa sudah berlalu melewati waktu yang
entah aku tidak mengerti dimana aku sekarang ini. Aku melihat anak kecil yang
dulu masih bayi mungil nan lucu, sekarang ia telah tumbuh menjadi anak kecil
yang cantik. Ia sekarang bisa berjalan dan berbicara, aku rasa umurnya 5 tahun.
Aku tidak tahu jelas berapa umurnya, namun melihatnya tumbuh dengan baik aku
merasa bahagia melihatnya.
Namun
tiba-tiba keadaan mulai berubah, anak itu di seret oleh ayahnya sendiri.
Ayahnya yang dengan kuatnya menyeret baju anak itu dan ia banting di langit
yang dingin, seakan-akan anak itu adalah barang mati yang dapat dengan mudahnya
terbanting atau di banting. Anak itu mulai ketakutan lalu menangis, mungkin ia merasakan
sakit karena ia terjatuh dengan terpaksa. Lalu dengan tegas dan lantangnya ayah
anak perempuan itu terus menerus meneriakinya hingga urat di leher ayahnya itu
terlihat sangat berisi dan menakutkan. Aku yang terus menyaksikan anak itu
disiksa dengan bentuk lontaran perkataan yang bahkan aku yang sudah bisa
mengartikan apa arti dari ucapan tersebut merasa sakit.
“Dasar anak pembawa
sial !”
“Anak bodoh !”
“Anak tidak tahu
diuntung !”
“Mati saja kau !”
“Kembalilah ke rahim
ibumu !”
“Anak pembawa sial!
Seharusnya kau tidak pernah dilahirkan ke dunia ini !”
“Jangan menangis,
goblok!”
Kurang lebih seperti itulah yang anak itu dapatkan dari ayahnya, anak kecil itu sangat ketakutan dan terus menerus menangis. Bahkan lebih mengejutkan lagi adalah anak itu tengah di pukuli oleh ayahnya sendiri menggunakan penebah rotan (alat pembersih kasur dari rotan), sehingga anak itu semakin menangis teriak kesakitan mendapati tubuhnya dipukuli menggunakan rotan yang sangat menyakiti tubuhnya. Ketika aku melihatnya, ingin sekali aku membawa anak itu untuk kabur. Namun aku terhalang dunia tanpa batas ini, aku tidak bisa menggenggamnya.
Dengan
tiba-tiba lagi waktu menarikku untuk pergi kewaktu yang lain, disini aku tengah
melihat anak kecil yang dulu disiksa oleh ayahnya sendiri telah tubuh menjadi
anak yang sangat cantik. Namun ia terlalu terlihat kurus diantara teman
sebayanya, aku rasa ia sudah berumur 13 tahun. Aku tidak pernah melihatnya
tersenyum, ia selalu terlihat murung di kalangan teman-temannya. Badannya pun
terlihat semakin mengenaskan, banyak sekali bekas luka yang ia simpan dalam
tubuh nya. Matanya yang sering kali memancar kesedihan, yang aku pikir jika
orang lain melihatnya ia akan merasa kasihan pada anak perempuan itu. Tak kuasa
hati aku melihat bagaimana mengenaskannya keadaannya waktu itu, aku melihatnya
juga ia tak punya banyak teman untuk bercengkrama seuisanya. Ia terlihat
seperti diabaikan atau malah dibuang oleh teman-temannya sendiri. Aku seketika
mengingat bahwa ia juga telah dibuang atau diabaikan oleh ayahnya sendiri. Aku
melihat ia begitu terpukul, bahkan ia terlihat seperti merindukan apa itu kasih
sayang dari orang tuanya.
Entah
berapa kali ia menahan penderitaan dalam hidupnya, aku tidak tahu pasti. Aku
merasa sangat terpukul mengapa gadis perempuan itu nampak begitu mengenaskan.
Waktu melemparkan ku pada saat ini, dimana gadis remaja itu mejadi gadis yang
aku rasa umurnya sudah 16 tahun. Ia sekarang nampak lebih tinggi dari
sebelumnya, rambutnya yang menjutai lurus sebahunya, dan yang tidak pernah
berubah dari ia yang berumur 13 tahun sampai sekarang adalah bekas luka yang ia
coba tutupi di lengan kanannya. Bekas luka itu nampak berwarna hitam
kecoklatan, sama seperti perasaannya sampai saat ini.
Gadis yang beranjak menjadi gadis dewasa itu semakin hari, berlalunya waktu semakin bisa menyesuaikan diri dengan sekitarnya. Ia sekarang bisa tertawa dengan teman-temannya, ia sekarang bisa merasakan kasih sayang dari teman-temannya. Namun ketika gadis itu kembali ke rumah, ia menutup dirinya sendiri. Layaknya ia sangat ketakutan jika orang lain mengetahui sisi kelam yang ada dalam dirinya. Aku melihat sekilas dalam ingatanku, ayahnya telah meninggal karena terlalu banyak mengonsumsi alcohol. Gadis perempuan itu juga begitu terpukul mengetahu bahwa ayahnya meninggal karena alcohol. Sekarang gadis itu sendirian berjuang di dunia yang bahkan ia tidak mengenal siapa saja kerabatnya sendiri. Ia tidak tahu bagaimana ia harus menjalani hidup tanpa adanya orang yang bisa ia jadikan tiang untuk berjalan, dan cahaya untuknya berjalan di kehidupan yang gelap.
Trauma
dan ketakutan yang sering kali muncul dalam gadis itu mulai menjadikannya gadis
yang sedikit berbeda dari teman-temannya. Ia akan terus menerus bermimpi
hal-hal yang buruk sewaktu ia kecil dahulu. Gadis itu menjadi orang yang
tertutup, takut kepada bapak-bapak paruh baya, dan lebih menyakitkannya lagi
adalah ia pernah berpikiran untuk membunuh bapak-bapak paruh baya. Karena ia
pikir itu adalah ayahnya sendiri. Ironisnya sendiri adalah sewaktu ia bertemu
dengan ayahnya sendiri, ia hanya bisa ketakutan dan tidak punya kekuatan untuk
membunuh ayahnya sendiri yang telah menuai banyak sekali luka dalam gadis itu.
Aku
tidak menyangka bahwa ternyata apa yang menjadi perlakuan ayahnya sewaktu ia
kecil menjadikannya trauma besar dalam hidupnya. Aku tidak tahu mengapa itu
bisa terjadi dengan gadis malang itu. Akan sangat lebih menyakitkan bahwa
kehidupannya benar-benar sudah kehilangan warna. Kelahirannya yang tidak pernah
dianggap oleh ayahnya sendiri, disiksa terus menerus oleh ayahnya sendiri, lalu
ia dibiarkan sendiri karena orang tuanya lebih dulu pergi meninggalkannya.
Ia
sekarang berumur 20 tahun, ia terpaksa tumbuh dengan banyak sekali
kenangan-kenangan buruk. Ia terpaksa tumbuh dengan banyak sekali luka yang
sulit sekali dihilangkan, ia tumbuh dengan bayang-bayang ketakutan, trauma,
kegelisahan, dan ia tumbuh dengan bayang-bayang bahwa ia adalah anak yang tidak
diinginkan. Ingin sekali ia menjual semua kenangan buruknya pada Abraxas atau
pada orang lain. Ia tumbuh dengan beberapa jahitan kebahagiaan yang menjadi
bajunya, ia tumbuh dengan beberapa cepitan luka yang menjadi aksesorisnya, ia
tumbuh dengan kumpulan kalimat-kalimat kasar yang menjadi sepatunya untuk alas
kakinya berjalan di kehidupan yang menertawakannya.
Ia
sekarang menjadi teman atau bahkan sahabat dari inner childnya sendiri, ia
menjadi akrab dengannya sampai-sampai inner childnya menyakitinya perlahan pun
ia sudah tidak terasa lagi. Gadis 20 tahun tadi telah banyak bergumul dan
bergelut dengan kesengaraan yang menyengsarakannya dalam diam. Di dalam gadis
yang tengah beranjak dewasa itu terdapat anak kecil yang menangis didalamnya
dengan mengatakan “Biarkan aku keluar…”
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagaimana
cerita yang aku ceirtakan tadi? Apakah cukup membuat kalian merefleksikan
dengan diri kalian sendiri? Aku tidak tahu harus apa jika aku juga berada di
posisi anak gadis itu, mungkin akan sama mengenaskannya nasibku dengannya.
Namun yang pasti aku berbeda dengannya, aku sudah membiarkan inner child dalam
diriku bebas. Ia sekarang berkelana melihatku tumbuh dengan banyak sekali kenangan-kenangan
indah, manis dan layak untuk aku sebut kumpulan memori yang indah. Sejenak
ketika aku mendengar cerita itu, aku banyak memarafrase cerita itu, agar
terlihat seperti tulisanku. Dan nampaknya ketika aku memarafrase cerita itu,
aku juga merefleksikan dengan diriku dan inner childku dulu.
Aku
tersadar bagaimana dulu aku sempat bergelut sengit dengan inner childku
sendiri, dan berakhir dengan diriku sendiri yang terluka. Nah inner child itu
apa sih? Kumpulan peristiwa sewaktu kita dimasa kecil, peristiwa baik atau
buruk yang bisa membentuk kepribadian kita seperti kita sekarang ini. Ia memang
tidak terlihat secara kasat mata, namun itu adalah bagian dari diri kita
sendiri rupannya. Lanjut pada cerita diatas, bukan luka fisik yang aku
dapatkan, hanya luka batin yang sampai umurku belasan tahun tetap menjadi rumah
yang nyaman untuk inner child tinggal. Namun dengan kata ‘hanya’ itu membuatku
semakin gelisah, khawatir, dan menjadi pribadi yang berbeda juga dari orang
lain. Aku lebih sering diam, menangis tersedu-sedu padahal tidak ada kejadian
apapun yang menimpaku pada waktu itu. Aku sering kali memukuli kepalaku untuk
menjaga aku tetap sadar ‘fokus’ untuk tidak berpikiran
hal-hal yang dapat membahayakan diriku sendiri.
Aku tersadar ada yang tidak beres dengan diriku sendiri, lalu aku berjuang untuk membebaskan inner child ini dari diriku sendiri, karena jujur itu terlalu menyakitkan jika aku tidak membebaskannya dari diriku. Sama saja aku akan terus menerus menyakiti diriku sendiri, bahkan aku bisa-bisa terbunuh oleh inner childku sendiri. Dan aku tidak mau itu terjadi. Aku ingin hidup. Aku ingin menjadi diriku yang seutuhnya, tanpa ada jiwa lain, kenangan buruk, pikiran yang berantakkan ada dalam diriku. “Kau akan bebas, aku akan membebaskan kau secepatnya!” itu yang aku katakan pada diriku sendiri ketika aku tengah berjuang untuk bebas darinya. Hal yang aku lakukan waktu itu adalah dengan:
1. Menulis
pengalaman dan perasaan buruk apa yang ada padaku.
Aku
kembali mengunci kamarku dan berdiam diri di depan meja dan beberapa alat tulis
yang biasanya aku gunakan. Aku segera saja menulis pengalaman apa saja yang
pernah aku dapati sewaktu aku kecil hingga sekarang ini. Apakah aku pernah
mengalami pelecehan oleh orang lain? Apakah aku pernah dipukuli oleh orang
tuaku? Temanku? Orang yang tidakku kenal? Apakah aku dulu pernah dibully oleh teman-temanku sewaktu aku
kecil? Atau aku pernah mengalami kehilangan teman yang sangat berharga untukku?
Apakah aku pernah mengalami situasi dimana aku dibuang bahkan aku diabaikan
oleh orang sekitarku? Apakah aku pernah dipermalukan di depan umum? Apakah aku
mendapati diriku terkena luka secara fisik maupun psikis?
Semua
itu kutulis dengan rinci apakah aku benar-benar mengalami itu semua atau tidak.
Aku berusaha sekali mengingat-ingat lalu aku menuliskan pengalaman apa yang
pernah ku alami. Serta setelah itu aku menulis perasaan apa yang aku rasakan
waktu itu? Sedih? Kecewa? Marah? Senang? Atau tidak bisa merasakan apapun karena
itu sudah sangat membekas di diriku, hingga aku tidak bisa merasakan emosi apa
yang sedang aku rasakan.
Jika
kalian ingin menangis menangislah terlebih dulu, biarkan inner childmu menangis
bersamamu. Ia hanya menangis sedih karena ia merasa tersakiti selama ini. Ia
merasa bahwa ia tidak ada, namun sebenarnya ia ada. Jika kalian benar-benar
lupa, berusahalah kembali untuk tenang dan mencoba untuk mengingat-ingat
kembali kemudian tuangkan dalam tulisan. Itu akan membantu untuk mengerti
kenapa inner childku seperti ini.
2. Talk
to myself.
Bagian yang paling menyakitkan adalah bagian kedua ini. Berbicara pada diriku sendiri. Setelah aku berhasil menuliskan semua pengalaman dan perasaan yang pernah ku alami, ku hadapkan diriku sendiri pada cermin di dalam kamarku. Aku melihat diriku sendiri yang berantakkan, mata yang dipenuhi banyak air mata yang menetes, rambut yang sudah basah karena keringat sewaktu aku kembali mengingat-ingat kejadian buruk yang ada pada diriku dulu. Bibir yang sudah bergetar yang menandakan bahwa aku sangat takut melihat diriku sendiri di cermin itu. Namun aku tidak akan menyerah, aku akan menghadapi itu.
Aku
pun larut dalam tangis, lalu ku berikan diriku waktu untuk menangis meluapkan
semua keluh kesahku pada cermin itu. Setelah aku merasa bahwa aku harus sadar
kembali, aku cepat-cepat menyadarkan bahwa aku harus kuat untuk menghadapi
diriku sendiri. Aku mencoba memejamkan mataku, dan mulai bericara pada diriku
sendiri,
“Tidak apa-apa grace… tidak
apa-apa…”
“Terimakasih sudah mau berjuang
diriku sendiri”
“Terimakasih sudah mau bertahan
selama ini”
“Terimakasih sudah mau jujur pada
dirimu sendiri”
“Aku memaafkan apa yang sudah
terjadi pada diriku”
“Aku memaafkan semua yang terjadi
pada diriku”
“Aku menerima semua keadaanmu
dengan apa adanya dirimu”
“Aku menyayangi dirimu grace…
terimakasih sudah mau berjuang dan bertahan”
“Aku bangga padamu, terimakasih…”
Setelah
aku mengakui semua pada diriku sendiri, berbicara dengan diriku sendiri tentang
apa yang aku rasakan, tentang semua perasaan yang aku rasakan, tentang rasa
terimakasih pada diriku sendiri karena sudah bertahan, tentang semua yang ingin
aku sampaikan pada diriku sendiri, aku berbicara padanya. Aku menangis sangat
lama, bahkan ada waktu dimana aku sendiri sulit untuk bernapas. Aku bercerita
semua apa yang mejadi ketakutanku pada diriku sendiri, semuanya.
Semua apa yang aku rasakan. Dan setelah selesai, aku kembali membuka mataku dan menatap diriku sendiri. Aku berhasil. Aku berhasil untuk merelakan semuanya. Aku berhasil untuk mengikhlaskannya. Aku berhasil memaafkan apa yang terjadi pada diriku sendiri. Dan akhirnya aku bisa memeluk diriku sendiri dengan senyuman, pelukkan yang hangat hingga aku berpikir ternyata seperti ini rasanya aku bisa memaafkan diriku sendiri.
3. Membuka
diri.
Ketika
aku sudah melakukan 2 step di awal tadi, aku merasakan lega dan plong. Seperti beban yang ada pada
diriku hilang, bahkan aku sudah berani untuk menghadapi diriku di cermin.
Ketika aku sudah merasa bebas, aku mulai mencoba untuk membuka diri. Aku berusaha
untuk jujur pada diriku sendiri, ketika aku senang aku mengatakan aku senang.
Jika aku merasa sedih, aku akan mengatakan bahwa aku sedang sedih. Dan jika aku
merasa lelah lalu ingin beristirahat, aku mengatakan bahwa aku lelah dan butuh
istirahat. Jujur pada diri sendiri bukanlah hal yang buruk, itu akan membantumu
untuk belajar menerima dirimu sendiri. Menerima segala keadaan yang ada padamu,
dan mulai untuk belajar darinya.
Seperti itulah
aku menghadapi inner childku yang ada pada diriku. Aku percaya bahwa untuk
bangkit dari inner child yang kita punya tidaklah mudah, dan itu membutuhkan
waktu seumur hidup kita. Karena inner child yang kita punya adalah bagian dari
diri kita juga. Ia menjadi satu dengan dirimu, jadi jika untuk membuat dia pergi
butuh waktu dan berbagai bentuk penyelesaian. Yang aku lakukan setelahnya
adalah dengan aku kembali lagi berjuang untuk meneruskan kehidupanku. Ketika
kenangan-kenangan gelap itu datang lagi padaku, yang aku lakukan hanyalah
berhenti dan berpikir. Sejenak aku harus berhenti dari kegiatanku dan
membiarkan diriku mendapatkan istirahat sembari berpikir, apakah ini membuat
diriku bahagia atau tidak? Apakah ini membuat diriku nyaman atau tidak? Apakah
ini baik untuk diriku sendiri atau tidak? Dan ketika itu tidak baik dan tidak
cocok untukku, segera saja aku mengakhirinya. Karena sesuatu yang dipaksakan
akan tidak baik untuk diri kita sendiri, baik fisik kita atau pun psikis kita.
Lalu jika kenangan itu datang lagi padaku, yang aku lakukan hanya melepaskan dan membiarkan segala kesedihan, kepedihan, dan kekecewaan yang dulu pernah ada menemani diriku di masa laluku untuk pergi. Mengikhlaskan, memaafkan, dan beranjak untuk pergi beranjak pada lembaran baru. Masih banyak halaman yang ada dalam hidupku untuk kutulis. Aku harus menuliskannya dengan banyak cerita yang bisa orang lain pakai untuk menghargai secuil partikel yang ada pada diri kita. Selamat tinggal kepedihan, kekecewaan, kesedihan, aku bersyukur karena berkatmu aku belajar untuk bertahan, berjuang, dan menjadi diriku yang lebih baik dari yang lalu. Sekarang pergilah, terimakasih sudah mengisi kehidupanku yang dulu dengan berbagai coretan hitam itu. Aku membebaskanmu sekarang, pergilah dengan angin yang menerbangkanmu kembali pada asalmu. Kau bebas sekarang, aku tidak akan menahanmu lagi. Pergilah, aku sudah bebas.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Keep in touch with me on:
Email: agustingrace212@gmail.com
Instagram: @agustingrace_
Twitter: @moonchildgrc
Youtube: Agustin Grace
Pinterest: Agustin Grace
Blogger: moonisshining.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
-fun fact and nb-
Pict source: pinterest
Tulisan ini terinspirasi dari lagu BTS-Inner Child di album MOTS:7. Kalau kalian kepo lagunya gimana bisa search di spotify, youtube, atau platform lagu kesukaan kalian ya xixi😍 dijamin nagih banget lagunya xoxo💜
If any of you guys who know more about inner child you can comment in the comment coloumn. It can make me and you learn together to understand further how the inner child is. xixi👌
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus